Welcome (˘⌣˘)ε˘`) This is my lovely BLOG (ʃƪ˘˘ﻬ)~ Let Me Introduce my self (~˘▾˘)~ Chy Cionerrius ε˘`) , I love love love love Korean Drama's , Korean Song's , Korean actriss/actor , Korean Language , and other south korea haveƪ(ƪ˘▿˘) (˘▿˘ʃ)ʃ bring the boys out ! Yeaahh ! I love GIRLS GENERATION (´⌣`ʃƪ) , this is simple Blog guys , nothing speciaal , but hope you like my Blog anymore (˘⌣˘)ε˘`) , DON'T FORGET TO FOLLOW MY BLOG GUYS (~˘▾˘)~ ƪ(ƪ˘▿˘) (˘▿˘ʃ)ʃ

"PAINTING CONSCIENCE" P.1-8 END

CR : shineunrikyu.wordpress.com
         E.L.F Super Junior Sapphire Blue Indonesia


Author    :  Matsna Naffiaa Aiiu

Cast       :  Lee HyukJae aka EunHyuk
                 Ahn Sung Ji

Genre    :  Romance

PS. FF ini bukan punya mimin. Ini titipan salah satu temen ELF kita. So, don’t forget to giving your comment and critics. ^^



Happy Reading…

Ahn Sung Ji adalah perempuan berusia 20 tahun yang cerdas dan kaya raya. Namun, hati yang dimilikinya tidak sebaik otaknya. Dia terlanjur terjun ke dunia yang buruk bersama teman-temannya yang buruk juga. Hidupnya semakin kelam dengan tak pedulinya kedua orang tua Sung Ji terhadapnya. Ayah dan ibunya sibuk mengurusi perusahaan dan berburu lukisan indah nan mahal. Sung Ji selalu pulang malam dan terkadang dengan keadaan mabuk. Sehingga mereka tak pernah bertemu.

Setiap malam, sebelum dia bergulat dengan dunia buruknya, dia selalu menyempatkan diri datang ke sebuah toko untuk membeli rokok atau sedikit minuman beralkohol. Dan setiap keluar dari toko, dia selalu melihat seorang pemuda yang bekerja sebagai pelukis jalanan yang lusuh di depan toko tersebut. Dia benci orang yang tak jelas seperti itu. Kebenciannya semakin menumpuk mengingat dia tak suka lukisan. Lukisan hanya membuatnya teringat pada ayah Sung Ji.

Pemuda tersebut bernama Eunhyuk. Dia sudah melukis sejak 6 tahun yang lalu saat berusia 21 tahun. Dia mengerjakan hal itu karena kecintaannya pada seni lukis. Uang yang dihasilkannya pun cukup untuk menghidupinya, dan juga keluarganya yang jauh dari tempatnya merantau kini, Seoul. Eunhyuk selalu melihat Sung Ji membawa keluar barang-barang buruknya. Hal itu dirasa ironis baginya karena kecantikan Sung Ji tidak sama dengan kelakuannya.

Malam itu, Eunhyuk berniat mencari udara segar dan beberapa makanan kecil untuk mengganjal perutnya setelah seharian mengerjakan 5 lukisan sekaligus. Di jalan saat hendak pulang, ia melihat sebuah mobil yang melaju kencang dan tak beraturan dari kejauhan. Sementara ada seorang tuna netra yang ingin menyebrang. Dia segera berlari, berharap bisa menolong orang tersebut. Eunhyuk berhasil mendorong orang tersebut. Tapi dia tak sempat beralih, sehingga…

“Ciiiiitttt……brukkk!”. Terdengar decitan ban mobil yang menabrak Eunhyuk.

Ternyata orang yang menabrak Eunhyuk adalah Sung Ji. Sung Ji pulang dengan keadaan mabuk berat. Dia pingsan di perjalanan pulang dengan keadaan mobil melaju kencang. Dia sengaja tak menyuruh temannya untuk mengantarnya pulang karena gengsi. Alhasil Eunhyuk dan Sung Ji harus dilarikan ke rumah sakit. Meski luka Sung Ji tidak terlalu parah.

Tiga hari kemudian Sung Ji keluar dari rumah sakit. Sung Ji diberitahu bahwa dirinya menyebabkan seseorang orang terluka parah. Dokter juga mengatakan bahwa orang tersebut mengalami kelumpuhan pada kakinya. Sung Ji yang dipaksa ibunya untuk meminta maaf kepada orang tersebut, terpaksa menemuinya agar tidak digugat ke pengadilan.

“Tok…tok…tok…”. Terdengar pintu kamar tempat Eunhyuk dirawat diketuk perlahan.

“Masuklah…”. Ucap Eunhyuk ogah-ogahan.

“Jadi kau yang tertabrak malam itu?”. Sung Ji langsung saja membentak Eunhyuk sesaat ia telah memasuki ruangan nan cukup tenang itu.

“Bukankah,, kau yeoja yang selalu ku lihat di toko XX?”. Tanya Eunhyuk kaget.

“Ya. Aku juga sering melihatmu.” Jawab Sung Ji sekenanya.

“Tapi..untuk apa kau kesini?” Eunhyuk kembali bingung dan bertanya.

“Oh…mm..oke, langsung saja. Aku mau minta maaf.”

Eunhyuk yang menyadari sesuatu langsung terperanjat.

“Jadi kau yang menyetir mobil waktu itu?”

“Ya begitulah.” Ucap Sung Ji cuek. “Kalau kau tak mau, aku bisa memberimu sejumlah uang untuk tidak menggugatku ke pengadilan dan memilih jalan damai. Bagaimana? Berapa maumu?” Lanjutnya kembali.

“Jadi ini yang kau lakukan setelah kau melumpuhkan kakiku?”. Tanya Eunhyuk santai.

“Iya. Memang apa lagi? Sudah, sebutkan saja nilainya.”

“Maaf Nona, aku tidak tertarik dengan uang mu. Jika kau ingin meminta maaf, bukan seperti ini caranya. Kau dari keluarga terhormat bukan? Seharusnya orang sepertimu tidak bersikap seperti ini dan terlihat rendah dari orang rendahan sepertiku. Dan aku rasa orang tuamu tidak lupa untuk mengajarimu tata krama yang benar.” Kata Eunhyuk bijak pada gadis yang terlihat mematung setelah mendengar penjelasannya.

Sung Ji memang malu, sangat malu. Tapi dia tetap menunjukkan keangkuhannya di depan Eunhyuk, seolah tidak ingin terlihat lemah dihadapannya. Ia sadar betul dengan yang dikatakan Eunhyuk. Sejenak ia terperanjat memahami pernyataan Eunhyuk yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan kenyataannya saat ini.

“Saat ini yang aku butuhkan bukanlah uang. Tapi seseorang yang mau dan bisa membantuku beradaptasi dengan keadaan seperti ini.” Lanjut Eunhyuk memandang lurus kearah kakinya dengan tatapan yang sulit ditebak.

“Jadi, kau mau aku yang membantumu?” Tanya Sung Ji yang mengerti perkataan Eunhyuk.

“Aku tidak memaksa, tapi hanya menawarkannya kepada Nona… mian,,”. Ucap Eunhyuk ramah sekali.

“Sung Ji. Oke, aku terima tawaranmu. 1 minggu. Deal?”. Tawar Sung Ji sambil mengulurkan tangannya.

“Kurasa itu cukup.”. Jawab Eunhyuk dengan senyuman dan menyambut uluran tangan Sung Ji.

“Baiklah, aku akan kembali lagi besok, Tuan….”

“Eunhyuk.” Jawab Eunhyuk singkat.

“Ya. Terserah kau saja.” Kata Sung Ji sambil berjalan keluar dari kamar Eunhyuk.

Setelah melihat sikap Sung Ji padanya, Eunhyuk merasa semakin penasaran dengan kelakuan gadis bernama Sung Ji itu. Ia tak pernah sedikitpun membenci Sung Ji, kerena dia tau Sung Ji sebenarnya gadis yang kuat dan baik hati. Dia juga percaya Tuhan pasti sudah merencanakan semuanya dan apapun itu pasti akan indah pada waktunya. Hal itulah yang hingga kini membuat Eunhyuk tetap tabah dan menerima kelumpuhannya.

Keesokan harinya, Sung Ji mengantar Eunhyuk ke rumahnya yang sederhana. Di perjalanan, Eunhyuk terlihat berusaha mengajak Sung Ji untuk berbicara. Namun, Sung Ji hanya menjawab sekedarnya saja. Bahkan setelah mereka berdua sampai di rumah Eunhyuk, Sung Ji tetap enggan menunjukkan sikap semestinya. Sung Ji membantu Eunhyuk turun lalu mendorong kursi roda Eunhyuk pelan menuju bangku panjang yang sering di tempati Eunhyuk untuk melukis.

“Mau ku ambilkan sesuatu?”. Kata Eunhyuk ramah.

“Dengan keadaanmu seperti ini, kau masih menawariku minuman?”. Ucap Sung Ji meremehkan.

“Haha…hanya formalitas. Masuk saja, lalu belok kiri.”. Kata Eunhyuk menjelaskan.

Sung Ji melangkahkan kakinya memasuki pintu 1 daun yang tampak sederhana itu. Setelah melewatinya, Sung Ji terperanjat melihat begitu banyak lukisan di ruangan tersebut. Dia langsung berbalik arah dan kembali ke tempat semula tanpa membawa minuman.

“Aku tak menemukan minuman di sana.”. Keluh Sung Ji.

“Sebelum aku mengalami kecelakaan itu, aku sudah berbelanja, dan kurasa tak ada yang datang kemari untuk mengambilnya.” Bantah Eunhyuk.

 “Kau bahkan belum sampai di dapur.” Lanjut Eunhyuk.

Sung Ji yang sedari tadi menundukkan kepalanya terkejut dengan perkataan Eunhyuk.

“Kau punya CCTV?”. Tanya Sung Ji menatap Eunhyuk.

“Hahaha, itu tidak penting. Sepertinya kau alergi pada lukisan.” Pancing Eunhyuk agar Sung Ji mau terbuka.
“Ya, begitulah”. Ucap Sung Ji lesu.

“Berbagilah denganku. Setidaknya aku lebih mendengarkan daripada rokok-rokok mu.” Sindir Eunhyuk sambil tersenyum.

“Hhh…sialan kau.” Balas Sung Ji dengan tawa kecilnya.

“Barang-barang mu membuatku gila.” Lanjut Sung Ji sambil memijat singkat keningnya.

“Gila? Maksudmu?” Tanya Eunhyuk penasaran.

“Ayahku menyukai…mm..lebih tepatnya menggilai lukisan lebih dari apapun.”

“Bukankah itu bagus?” Jawab Eunhyuk.

“Yah, memang bagus. Untukmu!” Kata Sung Ji menekankan kata ‘untukmu’.

“Ya Tuhan, Sung Ji, aku belum mengerti maksud mu.”

“Makanya, cermati kata-kata ku tadi. MENGGILAI LUKISAN LEBIH DARI APAPUN!”

“Oooo…aku tau sekarang. Jadi hanya karena itu kau membenci lukisan?”

“Apa kau bilang? Hanya?” Sung Ji mulai kesal dengan jawaban Eunhyuk yang dinilainya sedikit meremehkan.

“Mmm….maaf. Aku tau perasaanmu. Tapi, jujur saja, aku tak pernah mempunyai masalah seperti ini. Jadi, aku tak bisa memberimu saran.”

“Kurasa aku hanya butuh telinga yang bersedia mendengarkanku.”

Setelah itu tak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Sunyi. Sepi.

“Bolehkah aku pulang?” Celetuk Sung Ji.

“Antarkan aku ke kamar, lalu kau bisa pulang. Mmm…lewat pintu belakang saja.”

Sung Ji tersenyum karena Eunhyuk tau apa yang tak ia inginkan.
Setelah hari itu, Eunhyuk merasa lega. Setidaknya untuk saat ini. Karena senyuman Sung Ji yang manis akhirnya muncul. Selain itu Sung Ji juga sudah mulai terbuka dengannya.
Dihari-hari berikutnya, Sung Ji lebih terbuka dan suka berbagi cerita dengan Eunhyuk. Disela-sela kesibukan Eunhyuk melukis…

“Pernahkah kau mencoba untuk mengikuti jejak ayahmu?” Tanya Eunhyuk tiba-tiba.

“Menyukai lukisan?” Kata Sung Ji kembali bertanya sambil menatap Eunhyuk heran.

“Yap.”

“Sudah kucoba.”

“Hasilnya?”

“Aku semakin membencinya.” Jawab Sung Ji tidak antusias.

“Cinta butuh proses. Cobalah kembali. Siapa tau dengan begitu ayahmu akan mencintai kamu lebih dari apapun seperti cintanya pada lukisan.”

Sung Ji hanya menangguk. Dia selalu nyaman dengan semua kata-kata Eunhyuk. Walau terkadang ia tak tau harus membalas apa.

Satu minggu berlalu begitu cepat. Sung Ji sering menemani Eunhyuk melukis dan sekedar membantunya memberesi beberapa cat yang berserakan. Berkat frekuensi pertemuannya dengan lukisan yang cukup tinggi, kini Sung Ji sedikit melunak terhadap lukisan yang dulu dibencinya. Pada hari terakhir ia berkunjung kerumah Eunhyuk, Sung Ji melihat satu lukisan yang menyentuh hatinya. Dia mengamati lukisan tersebut…

“Baru saja aku buat tadi malam. Bagaimana menurutmu?” Ucap Eunhyuk tiba-tiba dan berhasil mengejutkannya.

Sung Ji terhenti karena suara Eunhyuk. Ternyata Eunhyuk sudah di tempat tersebut bersama kursi roda yang menemaninya selama satu minggu ini.

“Ehh…mmm…bagus! Boleh kubawa pulang?” Pinta Sung Ji.

“Bawalah.” Ucap Eunhyuk tersenyum. Ia tau, ini pasti ada hubungannya dengan ayahnya.

Pagi harinya Sung Ji datang ke rumah Eunhyuk. Eunhyuk memang sudah tidak bekerja seperti biasanya karena tempatnya yang sulit dijangkau dengan keadaannya seperti itu. Dengan bantuan Sung Ji, pelanggannya menjadi tau harus kemana mereka mencari pelukis favoritnya.

“Sung Ji, bukankah hari mu sudah habis di sini?” Tanya Eunhyuk yang cukup kaget melihat keberadaan Sung Ji yang tiba-tiba.

“Ya, memangnya kenapa? Aku suka di sini.”

“Oo…jadi sekarang kau mulai menyukai tempat penuh lukisan ini?”

“Bukan tempatnya, tapi pelukisnya” Celetuk Sung Ji sambil senyum-senyum.

Eunhyuk yang mendengarnya hanya tersenyum malu. Namun, kondisi tersebut langsung dibantahnya.

“Pasti ada sesuatu yang ingin kau katakan.” Ucap Eunhyuk tiba-tiba.

“Mmm… Gomapta Eunhyuk-ssi.”

“Untuk?”

“Semuanya. Termasuk lukisan itu.”

“Ayahmu suka?”

“Tau dari mana kalau lukisan itu kuberikan pada ayah ku?”

“Hanya hipotesis yang sekarang terbukti. Aku turut bahagia dengan kembalinya hubunganmu dan ayahmu.” Jelas Eunhyuk sambil melukis dan dengan senyumannya.

“ Kau benar. Semenjak aku menyukai lukisan, ayahku berubah. Kami semakin dekat akhir-akhir ini. Dan semuanya berkatmu. Mmm… kau tak akan bisa menebak yang satu ini.”

“Oh ya? Memangnya apa?” Tanya Eunhyuk penasaran.

“Ayahku mengundangmu makan malam besok di rumah ku. Dan tebakanku kau pasti mau.”

“Apa? Kau yakin? Sayang, tebakanmu salah.”

“Kenapa? Oh…ayolah. Jangan kecewakan ayahku.”. Pinta Sung Ji dengan sangat memohon.

“Baiklah. Tapi kau tau kan kalau aku tak punya baju yang pantas?”

“Berpakaianlah seperti Eunhyuk yang ku kenal. Sederhana, unik, dan tampan.” Bujuk Sung Ji lagi. Namun, tanpa ia sadari dirinya telah mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Eunhyuk selama ini.

“Hehe….mmm..boleh kutanya sesuatu padamu?”

“Silahkan Tuan…”, kata Sung Ji mensejajarkan posisi tubuhnya dengan Eunhyuk.

“Kenapa kau menyukaiku?”

“Aku mencintaimu Eunhyuk Oppa, bukan menyukaimu.”

“Kau mencintai orang cacat sepertiku?” Tanya Eunhyuk kaget sesaat mendengar pengakuan Sung Ji secara jelas di hadapannya.

“Aku mencintaimu karena ini,” kata Sung Ji sambil menunjuk dada Eunhyuk.

“Bukan karena fisikmu. Percayalah.” Jelas Sung Ji kembali.

“Lalu, apa yang paling kau inginkan sekarang dan untuk selamanya?” Tanya Eunhyuk kembali sambil mencoba menetralkan degup jantungnya yang terasa terlalu berlebihan itu.

Sung Ji meletakkan kepalanya di kedua lutut Eunhyuk yang menyatu di kursi roda dari samping sembari memeluk kaki Eunhyuk. Lalu dia berkata, “ Aku ingin hidup bersamamu, selamanya…”.

Eunhyuk mendekatkan kepalanya hingga mendekati telinga Sung Ji. Dengan setengah berbisik, Eunhyuk mengatakan hal yang sangat mengejutkan.

“Aku akan mewujudkan keinginanmu. Aku janji.”

Mendengar hal itu, pelukan Sung Ji terhadap kaki Eunhyuk semakin erat. Dalam diam, mereka bisa merasakan cinta yang begitu hebat. Cinta seorang gadis kaya nan pintar dengan pemuda berbakat yang cacat akibat gadis yang ia cintai. Tapi tak ada yang mempersalahkan cinta suci tersebut. Semuanya terjadi karena proses.

Malam yang ditunggu pun tiba. Eunhyuk sangat gugup saat ini.

“Kau yakin aku sudah tampan?”

“Kau sangat tampan, seperti biasanya.”

Sung Ji masuk ruang makan dengan hati-hati. Ia mendorong kursi roda Eunhyuk menuju tempat yang telah disediakan.

“Jadi ini pelukis hebat yang diceritakan anakku?” Sapa Ayah Sung Ji ramah.

“Terimakasih Tuan Ahn.” Jawab Eunhyuk tak kalah ramahnya.

“Mari makan, istriku memasak banyak hari ini.” Ucap Tuan Ahn kembali kepada Eunhyuk.

“Apakah semuanya untuk saya?” Tanya Eunhyuk yang heran melihat berbagai macam makanan yang telah tersedia di atas meja makan.

“Habiskanlah. Hahaha”

Begitulah suasana makan malam itu, penuh canda tawa dan mengalir sebagaimana mestinya. Ayah Sung Ji menerima semua kelebihan dan kekurangan Eunhyuk karena Ayah Sung Ji memang sangat menghargai seorang pelukis.

“Apa kau buru-buru Eunhyuk-ssi?”. tanya ayah Sung Ji.

“Tidak, Tuan Ahn…”

“Kalau begitu mari kita bicara di luar.”

Mereka berdua berbicara mengenai banyak hal. Mulai dari lukisan, perusahaan, dan semuanya. Mereka memang cocok.

Kini, setelah satu tahun hubungan mereka berjalan, Sung Ji mulai mempelajari management untuk menggantikan ayahnya di perusahaan. Ini semua tak lepas karena dukungan Eunhyuk dan keluarganya. Dan perbincangan malam itu membuahkan suatu keputusan yang sangat luar biasa. Ternyata Ayah Sung Ji berencana membuatkan Eunhyuk sebuah pameran. Berkat Ayah Sung Ji juga, sekarang Eunhyuk memiliki galeri pribadi untuk menyimpan semua karya-karyanya. Di tahun berikutnya, Sung Ji dan Eunhyuk melangsungkan pernikahan.

Setelah mereka resmi menikah, Eunhyuk menyematkan cincin di jari Sung Ji begitu juga sebaliknya. Kemudian Sung Ji menekuk lututnya hingga wajahnya sejajar dengan Eunhyuk. Tak butuh waktu lama, kedua bibir mereka menyatu seperti cinta mereka kini dalam sebuah pernikahan. Eunhyuk memeluk Sung Ji dan berkata,
“Apa yang paling kau inginkan sekarang, dan untuk selamanya?”. Sung Ji menjawab dengan keyakinan penuh di hatinya,

“Aku ingin hidup bersamamu, selamanya…”.

END



tinggalkan komentar ^^

Catatan Chy Chy Menarik Lainnya :

^^ Selamat Membaca ^^
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Comments
0 Comments

0 komentar anak manis:

Posting Komentar